Senin, 26 Desember 2016

VITALISME

VITALISME
Vitalisme adalah paham di dalam filsafat yang beranggapan bahwa kenyataan sejati pada dasarnya adalah energy, daya, kekuatan, atau nafsu yang bersifat irrasional atau tidak-rasional. Dengan memberi tekanan pada kenyataan yang tidak-rasional, maka vitalisme berbeda dari idealism dan sekaligus juga dari materialisme. Idealisme memandang kenyataan bersifat spiritual dan rasional, dan materialisme memandang kenyataan bahwa bersifat fisik (material). Vitalisme percaya bahwa kenyataan sejati pada dasarnya adalah berupa energy-energi, daya-daya, atau kekuatan-kekuatan non-fisik yang tidak-rasional dan instingtif (liar).
Vitalisme percaya bahwa seluruh akitivitas atau perilaku manusia pada dasarnya merupakan perwujudan dari energy-energi atau kekuatan-kekuatan yang tidak-rasional dan instingtif. Setiap keputusan atau perilaku manusia yang di anggap “rasional” pada dasarnya adalah rasionalisasi saja dari keputusan-keputusan yang tidak-rasional tersebut. Manusia merasa bahwa perilakunya seolah-olah di landasi oleh keputusan-keputusan yang rasional, tetapi sesungguhnya di dasari oleh energy, naluri, atau nafsu yang tidak-rasional. Rasio hanyalah alat yang berfungsi untuk merasionalisasikan hal-hal atau keputusan-keputusan yang sebetulnya tidak-rasional.
Acuan vitalisme terutama adalah ilmu biologi dan sejarah. Biologi mengajarkan bagaimana kehidupan di tentukan bukan oleh rasio, melainkan oleh kekuatan untuk bertahan hidup (survive) yang sifatnya tidak-rasional dan instingtif (liar). Agar organisme tetap bisa survive, maka tidak ada dan tidak di perlukan pertimbangan rasional, melainkan naluri untuk mempertahankan hidup. Tingkah laku hewan, dan semua jenis organisme, termasuk tingkah laku manusia, menunjukkan bagaimana energy yang bersifat instingtif tersebut sangat menentukan tingkah lakunya. Sejarah pun membuktikan hal yang sama: peristiwa-peristiwa penting yang menentukan jalannya sejarah dan peradaban umat manusia, seperti revolusi-revolusi, hamper selalu di garakkan oleh dorongan-dorongan atau energi-energi yang sangat tidak-rasional dan liar. Peristiwa-peristiwa tersebut bersumber dari energy yang tidak-rasonal, yang sering di namakan “kehendak buta,”  atau “kehendak untuk berkuasa”, atau Id. Hewan dan manusia, melalui kehendaknya yang tidak-rasional dan liar, justru lebih bisa mempertahankan hidupnya daripada menggunakan pikiran yang rasional. Dalam banyak kasus dan kejadian, pikiran-pikiran rasional tunduk atau menjadi alat untuk kehendak yang tidak-rasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar