Senin, 26 Desember 2016

Burung Sakura dan Filosofinya

Bunga Sakura dan Filosofinya
Pertama kita mendeskripsikan tentang Jepang, pasti ada salah satu pokok bahasan kita yang akan menyangkut dengan sesuatu yang memang telah menjadi ciri khas dari negara ini. Ya, bunga Sakura misalnya. Bunga Sakura di Jepang akan mekar setiap musim semi datang, dan seakan memberikan kecerahan dan memekarkan harapan bagi masyarakat Jepang. Ketika masa ini, akan ada perayaan bagi masyarakat Jepang yang disebut dengan “Hanami”, di mana mereka akan berjalan-jalan di taman bunga Sakura dan duduk sambil makan-makan di bawahnya.
Bunga Sakura adalah simbol pengingat tentang adanya hukum kebalikan di dunia ini. Di mana ada kebahagiaan, di situ ada kesedihan. Di mana ada senyuman, akan selalu ada tangisan. Semua yang berkebalikan di dunia ini disimbolkan oleh bunga Sakura. Setiap kali bunga Sakura bermekaran, akan selalu ada pertanda senyuman dan kebahagiaan yang menghiasi dunia ini. Namun saat daun-daunnya berguguran, akan datang saat kesunyian dan kesedihan yang menjadi teman.
Bunga Sakura ketika mekar hanya berumur seminggu. Sungguh waktu yang sangat singkat. Namun, dari waktu yang singkat itu, bunga Sakura telah bisa membagikan kebahagiaan ke semua orang. Bunga Sakura telah mampu membuat setiap orang akan merindukan kedatangannya lagi di tahun depan. Ya, bunga Sakura akan selalu dinanti.
SAKURA adalah JANJI. Yang walau usianya terlalu singkat, tapi ia BERJANJI akan kembali mekar di musim semi selanjutnya. Ia akan kembali membagi keindahannya, ia akan kembali membagi keceriaan bagi siapa saja yang memandangnya. Sakura BERJANJI akan datang lagi. (diambil dari blog lain)

“Setiap kali bunga sakura bermekaran, di suatu tempat lonceng harapan pun bergema.. Selalu percaya hari esok, kita melangkah dengan berani.. Setiap kali bunga sakura bermekaran, di suatu tempat seseorang tengah berdoa, untuk datangnya hari esok yang kita gapai dengan usaha kita sendiri..” (Sakura No Hanabiratachi/Kelopak Bunga Sakura)

Di sini, saya selalu berharap suatu hari nanti bisa meraih bunga Sakura. Saya selalu berharap suatu hari bisa melihat bunga Sakura berguguran, dan merindukannya lagi untuk memekarkan harapan-harapan yang biasanya terlupakan.
“Bersamaan dengan warna jingga yang telah terlukis merata di langit kita, secara tiba-tiba kamu terdiam lalu memegang tanganku. Bayangan hitam memanjang, mencoba memudarkan bersama dengan cahaya langitnya.
Sepulang sekolah pada waktu itu, aku merasa bahwa kita akan selalu bersama. Tiada keharusan bagiku untuk mengucapkan selamat tinggal. Tapi, kita sama-sama tahu, kita akan memulai perjalanan baru sebagaimana yang aku ragukan dan aku sembunyikan tentang jalan masa depan yang tak berbatas. Kamu tersenyum, dan impian-impianmu berkilauan menyilaukan untuk mencoba meninggalkan sedikit yang tersisa di musim ini.
Kita bermain dengan bebas, sambil berandai seolah kita tak akan pernah berpisah dalam perjalanan menuju hari esok. Sepuluh tahun kemudian, walau kita berada di bawah langit yang berbeda, kita pasti akan baik-baik saja, kan?
Kini, kita telah melambaikan tangan di persimpangan jalan. Setiap aku berjalan menaiki tanjakan kecil menuju rumahku dan tiap aku membalikkan badanku, siluetmu terlihat semakin mengecil. Kita semakin menjauh. Tapi aku tak pernah lupa tentang janji-janji masa kecil itu, juga semua mimik wajahmu yang membuatku senang.
Walaupun semua momen yang kita ciptakan bisa saja suatu hari hanya akan cukup menjadi kenangan. Kenangan yang tak jauh beda dengan matahari yang menghilang oleh cakrawala langit yang menyambut malam.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar