Senin, 26 Desember 2016

Filosofi Daun Dan Angin

Filosofi Daun Dan Angin
Jangan tanyakan soal kebebasan pada daun yang gugur, yang dia tahu hanyalah tangkal dan tanah.
Tanyakan padanya bagaimana rasanya terjatuh, lalu disapu
Bagaimana rasanya ditumbuhkan dan dituakan, dan menghabiskan hidup dengan membalas budi pada pohon
Bagaimana rasanya bergeming karena tidak ada pilihan, bukan karena kehendak
Bagaimana rasanya dijatuhkan ketika sudah terlalu tua dan tak sanggup berpegangan pada pohon, hingga pohon melepaskannya
Pohon tempat ia ditumbuhkan dan membalas budi
Tanyakan angin soal kebebasan
Bagaimana bebasnya dia berlari tanpa terlihat
Bagaimana rasanya mempermainkan kincir angin dan memutarnya kesana kemari
Bagaimana rasanya ditunggu ketika matahari terlalu terik, mengiring awan lalu menyatukannya hingga terjadi hujan
Atau bagaimana rasanya menyatukan udara panas dan dingin, membuat angin topan lalu menghancurkan perkotaan
Hidup mungkin dirasa tidak adil bagi daun-daun yang gugur, tidak juga bagi angin
Daun gugur tidak pernah merasakan kebebasan seperti angin, sedangkan angin tidak merasakan perihnya digugurkan seperti daun-daun
Tetapi angin tidak pernah merasakan bagaimana rasanya ditumbuhkan, disayangi, dijadikan bagian dari suatu keluarga besar, seperti daun
karena dia adalah angin. Dia tidak punya siapa-siapa.
Saya mau jadi daun aja daripada angin. Ternyata kebebasan itu bukan apa-apa ketika kamu ga punya siapa-siapa. Dan saya masih punya orang yang lebih saya cintai daripada sekedar kebebasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar