Jumat, 23 Desember 2016

Dua pandangan filosofis tentang kenyataan

Dua Pandangan Filosofis Tentang Kenyataan
Kehidupan adalah suatu hal yang sangat kompleks. Kehidupan juga merupakan salah satu indikasi adanya sesuatu yang hidup,
bergerak, beregenerasi, mengeluarkan kotoran, dan membutuhkan makanan sekaligus minuman. Memikirkan kehidupan secara mendalam tidak seperti berpikir matematis yang segalanya diukur atas dasar perhitungan angka, tetapi menyangkut tentang pertanyaan keberadaan, mengapa, dan apa maksud dari kehidupan.

Sangat banyak orang yang memikirkan kehidupan terutama orang yang telah dewasa. Mereka biasanya berpikir tentang cara menghasilkan uang untuk bertahan hidup, tetapi tidak jarang yang berpikir tentang keluarga lebih dari uang. Sisi yang paling jarang dipikirkan dari kehidupan adalah kenyataan tentang kehidupan. Apakah itu kehidupan? Apakah ini semua adalah kenyataan?
Ada dua teori tentang kenyataan. Pertama, kehidupan bukanlah kenyataan, kenyataan sesungguhnya ada dalam ide yang asalnya entah di mana. Sesuatu yang terlihat adalah bayangan dari ide.

Kehidupan adalah suatu hal yang sangat kompleks. Kehidupan juga merupakan salah satu indikasi adanya sesuatu yang hidup,bergerak, beregenerasi, mengeluarkan kotoran, dan membutuhkan makanan dan minuman. Memikirkan kehidupan secara mendalam tidak seperti berpikir matematis yang segalanya diukur atas dasar perhitungan angka, tetapi menyangkut tentang pertanyaan keberadaan, mengapa, dan apa maksud dari kehidupan. Sangat banyak orang yang memikirkan kehidupan terutama orang yang telah dewasa. Mereka biasanya berpikir tentang cara menghasilkan uang untuk bertahan hidup, tetapi tidak jarang pula yang berpikir tentang keluarga lebih dari uang. Sisi yang paling jarang dipikirkan dari kehidupan adalah kenyataan tentang kehidupan. Apakah itu kehidupan? Apakah ini semua adalah kenyataan?
Kenyataan adalah Ide
Ada dua teori tentang kenyataan. Pertama, segala yang ada dalam kehidupan bukanlah kenyataan, kenyataan sesungguhnya ada pada ide dan sesuatu yang terlihat dalam kehidupan adalah bayangan dari ide. Teori tentang kenyataan ini dikeluarkan pertama kali oleh filsuf Yunani kuno yaitu Plato (427-347 SM). Menurut Plato, segala benda inderawi dalam kehidupan memiliki perubahan oleh karena itu maka tidak dapat disebut sebagai yang hakiki. Sesuatu yang hakiki hanya bisa ditangkap apabila sesuatu itu tidak mengalami perubahan. Dengan kata lain, sesuatu yang hakiki adalah sesuatu yang selalu tetap.

Plato memiliki pendapat bahwa semua yang berubah bersifat subjektif, sedangkan yang tetap bersifat objektif. Manusia sebagai makhluk hidup hanya bisa mengubah hal yang bersifat subjektif. Subjektif di sini artinya bisa dicampuri oleh manusia. Lalu hal apa saja yang bisa dicampuri oleh manusia? Umpamanya ada korek api dan ada kayu kering maka manusia bisa saja mengubahnya menjadi bara api atau sampah. Bagaimana dengan hal yang objektif? Objektif ada dalam ide yaitu berbentuk konsep. Manusia tentu mengenal apa itu “yang baik” dan tidak akan bisa mengubah “yang baik” menjadi “yang jahat”. Kalau konsep “yang baik” bisa diubah menjadi “yang jahat” maka apa artinya “yang baik” atau “yang jahat”? Tidak ada perbedaan antara keduanya kan? Oleh sebab itu, bagaimanapun juga, manusia telah mengetahui konsep “baik” dan “jahat” secara mutlak dan tak terubahkan.

Satu ide mengandung hanya satu ide, tidak bisa satu ide mengandung dua atau lebih ide. Logikanya, jika ide “manusia” dicampur dengan ide “binatang” maka akan ada namanya ide “manusia binatang”. Jika dibayangkan, bagaimana kira-kira konsep “manusia binatang”? Mana yang harus didahulukan konsep manusia atau binatang terlebih dahulu? Subjektif dan merepotkan bukan? Dengan kata lain, di sini Plato hendak mengatakan bahwa satu ya satu, dua ya dua, dan tidak akan pernah satu sama dengan dua. Ide selalu ada, ia tidak akan pernah hancur oleh karena itu satu-satunya yang nyata dan dapat dipertanggungjawabkan adalah ide.
Kenyataan adalah Benda Konkrit
Teori tentang kenyataan yang kedua ini berlawanan dengan teori yang mengatakan bahwa kenyataan adalah ide. Teori yang kedua ini memiliki isi bahwa kenyataan terdapat dalam benda konkrit yang bisa dilihat dalam kehidupan. Benda konkrit sangat dekat dalam kehidupan sehari-hari seperti meja, kursi, pintu, kipas angin, jam tangan, kertas, air, tembok, batu, sepatu, dan lain-lain. Secara logis dapat diterima bahwa benda yang telah disebutkan tadi dapat dilihat, disentuh, dan dirasakan. Dengan kata lain, benda konkrit termasuk sesuatu yang dapat diinderai.

Teori yang kedua ini menekankan pada kenyataan adanya hakikat pada suatu benda. Jika pada teori pertama hakikat berada bukan di dalam suatu benda melainkan ide, maka yang teori yang kedua ini melekatkan hakikat pada mediumnya (benda). Hakikat ada pada benda itu sendiri merupakan teori yang telah dikemukakan oleh Aristoteles (384-322 SM). Teori ini merupakan tanggapan langsung terhadap teori Plato tentang kenyataan.

Argumentasi yang dipakai Aristoteles adalah mengikatkan teorinya dengan konsep materi dan bentuk, sehingga jelaslah dari mana asal muasal suatu benda. Misalnya, ada pagar yang terbuat dari besi, di sini yang dapat disebut sebagai materi adalah besi dan bentuk adalah pagar. Menurut Aristoteles materi dan bentuk merupakan dua hal yang saling berkaitan, sehingga keduanya harus melengkapi satu sama lain. Tidak bisa materi tanpa bentuk atau bentuk tanpa materi. Nah, gabungan dari materi besi dan bentuk pagarlah yang menyebabkan adanya benda yang dapat dikenali sebagai pagar besi. Tidak hanya pagar, besi bisa dibentuk sesuai dengan yang diinginkan misalnya wajan, badan lokomotif, mesin, dan lain-lain. Dengan ini, sesungguhnya hakikat kenyataan bisa dimulai dan diketahui dari benda-benda yang ada di dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar