Selasa, 04 Oktober 2016

Membaca karangan filsafat

     Satu hal yang tak bisa dilepaskan dari kegiatan berfilsafat adalah seni membaca filsafat. Apa saja yang dapat dianggap sebagai karya atau tulisan filsafat tentunya sangat tergantung pada apa saja yang dapat dianggap sebagai filsafat. Sebagaimana telah kita ketahui apa yang dimaksud dengan filsafat adalah pertanyaan yang kompleks, dan tidak ada jawaban yang pasti. Judul sebuah buku tidak yang tidak mengandung istilah “filsafat” tidak bisa dijadikan dasar untuk menduga bahwa didalamnya kita tidak akan menemukan gagasan-gagasan filsafat yang menarik.
Buku-buku filsafat dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu karya primer dan karya sekundar. Cara kita membaca filsafat akan tergantung pada jenis karya yang kita baca. Karya primer bisa dimulai dengan ide sang penulis sendiri ataupun dengan ide orang lain, tetapi tujuannya adalah untuk mencapai suatu kebenaran berkenaan dengan ide itu. Artikel primer banyak muncul dalam jurnal-jurnal filsafat. Namun, kita dapat saja menemukan artikel-artikel yang secara filosofis sangat menarik dalam jurnal-jurnal sejarah, politik, sastra, dan bahkan sains. Selain buku dan artikel, karya primer filsafat juga dapat kita temui dalam bentuk antologi. Antologi biasanya memuat beberapa artikel terpilih dari buku-buku atau jurnal-jurnal yang sudah pernah diterbitkan sebelumnya, tapi kadang-kadang juga memuat tulisan-tulisan pendek yang ditulis khusus untuk antologi. Antologi juga bisa dikhususkan sebagai kumpulan tulisan seorang filsuf atau tulisan beberapa tokoh tentang bidang tertentu atau juga tulilsan beberapa penulis tentang bermacam-macam topik.                                                                         Karya sekunder berfungsi sebagai tuntunan untuk mengkaji karya primer. Isinya dapat berupa pemaparan pandangan para filsuf, misalnya buku sejarah filsafat, dapat juga mencakup pertanyaan-pertanyaan relevan mengenai detail historis. Karya sekunder juga bisa berupa usaha menjawab atau mengkritisi pernyataan yang disampaikan oleh para filsuf. Namun, ada jenis karya sekunder yaitu berisi ringkasan tentang berbagai permasalahan , kritik, dan pandangan umum dalam filsafat, tanpa mengklaim mewakili pandangan filsuf tertentu. Misalnya, kita mungkin membaca suatu bab dalam sebuah buku yang menguraikan secara ringkas tema-tema pokok dari teori yang disebut Determinisme Lunak.
Membaca karya filsafat merupakan kegiatan yang menyodorkan tantangan, namun sekaligus juga memberikan banyak faedah dalam kehidupan akademis kita. Ada beberapa rintangan yang akan kita hadapi, dan untuk itu perlulah kita mempersiapkan diri. Ide-ide yang dibicarakan oleh para filsuf kadang-kadang terkesan asing,tidak biasa, apalagi bila dengan gaya pengungkapan yang kompleks.
     Kita mungkin tidak hanya menjumpai kata-kata sulit, melainkan juga kalimat-kalimat yang rumit, yang kadang-kadang ditulis dalam gaya bahasa zaman dulu. Perasaan bahwa tulisan-tulisan filsafat harus langsung dapat dimengerti mungkin tetap ada, karena kita umumnya selalu menganggap diri sebagai filsuf amatir. Namun, berfilsafat secara amatiranpun menuntut kerja kerja keras dan latihan. Maka, mau tidak mau, kita akan membaca karya-karya filsafat, yang kebanyakan ditulis dalam cara yang barang kali kurang lumrah bagi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar